Pengertian:
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu
antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang berbeda.
Tujuan
Pembelajaran:
•
Untuk mencapai suatu
keberhasilan dimana setiap anggota mendapatkan hasil dari kelompok tersebut
disertai dengan usaha dari setiap anggota.
•
Meningkatkan hasil
akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa
yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.
•
Memberi peluang agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan
akademik, dan tingkat sosial.
•
Untuk mengembangkan
ketrampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain,
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Prinsip Pembelajaran
Kooperatif
Ada lima prinsip mendasari
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) positive interdependence: saling
tergantung
secara
positif,
artinya
anggota kelompok menyadari
bahwa mereka perlu bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Keberhasilan kelompok sangat bergantung
pada usaha setiap anggota. Kegagalan satu anggota kelompok saja berarti
kegagalan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri. Peniliaian yang dilakukan adalah
peniliaian individu dan kelompok. Dengan demikian setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai pada kelompoknya
2) Face to face interaction: semua anggota berinteraksi dengan saling berhadapan
untuk berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi (kegiatan
gabungan) yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing.
3) Individual accountability:
setiap anggota
harus belajar dan menyumbang demi
pekerjaan dan keberhasilan kelompok.
Disini setiap anggota akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
4) Use
of collaborative/social
skills:
keterampilan bekerjasama
dan
bersosialisasi diperlukan, untuk ini diperlukan bimbingan guru agar
siswa dapat berkolaborasi. Setiap anggota saling mengutarakan
pendapat, bertanya dan saling mengisi satu sama lain.
5) Group
processing:
siswa
perlu
menilai
bagaimana
mereka
bekerja secara efektif. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja meereka agar selanjutnya
dapat bekerja sama dengan lebih baik.
Ciri-Ciri
Pembelajaran Kooperatif.
1) untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.
2) kelompok
dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3)
jika dalam kelas
terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula
4)
penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Unsur-unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif
Menurut Lungdren:1994 adalah sebagai berikut :
a.
Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
b.
Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain
dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
c.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
e.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
f.
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar.
g.
Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kelebihan Model Pembelajaran
Kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi temanteman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak mahal
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi temanteman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak mahal
Kelemahan model pembelajaran
kooperatif
Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif:
Think-Pair-Share
Prosedur pelaksanaan Think-Pair-Share sebagai berikut:
1) guru memberi satu topik atau masalah kepada siswa;
2) siswa berpikir tentang topik/masalah tersebut secara individual. Kemudian
siswa diminta untuk berpasangan (in-pair) meneruskan pembicaraan dengan saling melengkapi;
3) siswa membicarakan dengan pasangan masing-masing tentang topik tersebut
serta saling mengemukakan apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan apa lagi yang perlu diketahui atau perlu dicari untuk dapat menjawab
atau menghasilkan solusi;
4) kemudian,
guru
meminta
beberapa siswa untuk berbagi jawaban (share)
dengan seluruh siswa di kelas.
Think-Pair-Square
Ada perbedaan sedikit pada tahap akhir, untuk Think-Pair-Square. Setelah
siswa mendapat
topik
dari guru
(gambar
1),
mereka diberi waktu
untuk
memikirkan topik (gambar 2) dan mengingat apa yang telah mereka ketahui. Kemudian mereka secara berpasangan membicarakan
bersama (gambar 3). Setelah diskusi dan berbagi informasi secara berpasangan, siswa diminta untuk membicarakan topik atau masalah tersebut dengan pasangan lain (gambar 4). Bekerja sama antara 4 (empat) siswa yang saling berhadapan membentuk empat
sudut ini yang disebut “square” (segi empat).
Expert Group (Kelompok Ahli)
Pembelajaran kooperatif dapat, misalnya “jigsaw” membuat siswa untuk saling mengajari
satu siswa yang lain. Biasanya prosedurnya sebagai berikut.
1. Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor. Semua anggota dengan nomor
yang sama akan membentuk suatu grup ahli (expert group).
2. Bahan diskusi diberi oleh guru.
Siswa mendiskusikan
bahan
yang telah dibagi
menjadi
bagian-bagian. Setiap bagian bahan ditangani
oleh group ahli
(expert group).
3. Setelah pembicaraan matang,
terakhir setiap anggota grup
kembali
ke
induknya (Home group).
4. Setiap anggota di Home group memberitahu apa yang telah dipelajari di Expert-group. Semua
anggota Home-group
akan melengkapi atau
menyelesaikan tugas menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
Expert
group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar